Tampilkan postingan dengan label Puisi Nay Juireng Dyah Jatiningrat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi Nay Juireng Dyah Jatiningrat. Tampilkan semua postingan

Gaung

Selasa, 17 Januari 2017

    Ibu...
    Takbirku mengalun menyemai rindu
    Detak kerinduanmu
    Dikerinduanku,
    Dan rindu kita bertakbir

    Allahu akbar...
    Dengarlah ibu, takbirku
    usik waktu.
    Dengarlah ibu,
    Takbirku mulai sendu
    Dengarlah ibu, takbirku tak lagi merdu
    Allahu akbar...

    Ibu,
    takbirku
    Takbir yang pilu
    Takbir yang rindu
    Takbir yang sedu
    Dengarlah takbirku ibu...
    kini berpacu
    Airmata menyatu
    Melukis rindu di jengkal waktu...

(  Amin jajatero, jakarta 2016 )



Nay Jireng DJ)


Seterusnya.. | komentar

Keruh Rindu, Rindu Berkepanjangan

Sabtu, 31 Desember 2016


Fabiayyialaairobbikumatukaddzibaan..
Ibu'..
Rabalah dadaku
Episode ke episode
Menderu keras didalamnya.
Sebagai denyut yang tak berhenti
Sebagai lampu yang tak padam
Dan lilin yang membakar
.
Aku ingin berenang pada air matamu yang menderas bu'...
.
Aku ingin menciummu
Hingga tak
Ku temukan riwayat rumit manusia.
.
Ingin aku tabur benih,
tanam tunas.
Merawat pohon-pohon,
Dan menulis sejarah, bercerita bahwa cinta ini adalah dirimu
.
Bu'....
Adalah ketidakadaan yang tak akan menjadi ada
Bila keluhku di rantau masih beradukan hening..



Seterusnya.. | komentar

"Halaman Kosong"

Rabu, 28 Desember 2016

Disini ada halaman kosong sebab merindumu.
kala-kala-waktu-waktu, Masa depanpun berlalu
dan aku masih menyimpan larik sajak pada halaman itu
soal waktu
soal aku
pada larik sajak dari sebuah halaman,
ada serupa waktu memintaku berlari
ada hal-hal pada puisi
ada bersikuku menghampiri
ada ruas berkepanjangan
ada santun senyum
ada pelabuhan dermaga
ada aku yang berwaktu lugu
kala-kala-waktu-waktu, masa depanpun berlalu
suara karat, lambat, berkerusuhan parau
waktu berlalu
irama-keirama menghimpit bulu kecil dikeningmu.
lalu waktu berlalu

kala-kala-waktu-waktu, masa depanpun berlalu
aku kuas melukis biru
aku gunung berapi tinggi, aku air dikepung mata-mata
kereta itu menjemputku mengajak menari di stasiun kota
lalu berbisik kala-kala-waktu-waktu, masa depanpun berlalu bangun tengah malam lebih indah dari kisah Cinderella
kereta itu menyeret dan memaksaku menghitung panjang lorong tajam.
kemudian bersuara lirih ditelingaku
kecewalah sayang biarkan rasamu berkepanjangan tahun bersamaku
kebanggaan dan kesedihan.
kecewalah sayang biarkan rasamu menikam
kebahagiaan dan kesedihan.
kala-kala-waktu-waktu aku pun berlalu.                                    

(Malang 2016)



(Nay Juireng DJ)

Seterusnya.. | komentar

Merindukanmu Ibu Adalah Isak yang Kerap

Rabu, 21 Desember 2016

Ibu, hal yang masih terngiyang dalam hidupku
Adalah ketika aku mengingat kisah salah satu Sahabat yang mendatangi rasulullah
Laludenganlirihsahabatitubertanya

“Wahai Rasulullah Siapakah Yang Wajib Saya Hormati?”
Maka Rasulullah Menjawab “Ibumu”
“Siapa Lagi Ya Rasulullah?”
Rasulullah Masih Menjawab “Ibumu”.
Dan Sahabat Masih Bertanya “Siapa Lagi Ya Rosulullah?”
Pun Rosulullah Menjawab “Ibumu, Lalu Bapakmu”

Aku tidak tahu wujud Malaikat
Tapi aku tahu dirimu; bu
Malaikat yang jelas tampak di depan mata
Malaika tyang tak bersayap namun memikul beban
Malaikat yang menyimpan garis-garis bahagia
Pada gari skeruh keningmu
Dan luka-luka pada telapak kakimu

Ibu, kepulanganku mungkin terlambat, bukan berarti jauh dari rindu, bu..
Tapi ini adalah luap luas ratapan hati…
Bahwa kita akan bahagia…
Ibu….

Aku sudah dewasa, sudah lupa bagaimana cara minta gendong dengan manja,
Sedang, jarak adalah kerinduan yang tak memiliki tafsir lain selain kejam. Perantauanku kali ini, bukan untuk menjauh dar ibahagia bersamamu, bukan untuk menghindar dari senyum dan pelukmu, tapi ,ini untuk kita, bu….. Bahwa kita akan bahagia..
Dada ini kerontang bu’…. Menekan kerinduan  yang mendalam, kerinduan yang mencekam, hinggajari-jari adalah sangsainya fisik yang terkikis tajam.
Aku rindu padamu bu,…
Maafkan aku masih menyimpan waktu dengan jarak yang tersembunyi

(Perantauanmalang 2014)

(Nay Juireng DJ)
Seterusnya.. | komentar

(Rosidah... bukan Hayati)

Senin, 12 Desember 2016

Bukan lagi tenggelamnya
Kapal van.der.wijck

Tapi kapal yang tenggelam di pantai batu layar johor malaysia."
Rosidah,

Perempuan desa dengan nama sederhana yang kurang terdengar
Entah dalam kabar, perkumpulan , arisan, bahkan sejenis lainnya
Sedang kali ini,

Namamu seperti pilihan sholawat yang kerap sekali terdengar
Menyatukan manusia dengan isakt angis religius.
Mengingatkan tembang pasrah pada ajal penjemputan.

Rosidah,
Perempuan sederhana dengan usia duapuluh delapan tahun
Meninggal dengan kejadian miris yang tragis.
Meninggal membawa sandang sebagai TKI
Tki yang pulang dengan kematian

Yah... Dirimu rosidah menjadi tampilan-tampilan televisi dalam kamar..
Rosidah,
Perempuan desa korban bencana
Menjadi TKI selama 2 tahun.
Perempuan yang tenggelam bersama
Kapal laya rjohor malaysia.
Rahman setialah seperti zainuddin..

Nay Juireng DJ
Seterusnya.. | komentar

Ter Tanggalkan

Sabtu, 03 Desember 2016

Aku adalah Rindu yang kauTinggalkan
...
Jenguklah aku
barang kali aku sedangsakit...

(Nay Juireng Dyah Jatiningrat, )
Seterusnya.. | komentar

Masih Putih

Jumat, 02 Desember 2016

Tiba-tiba percakapan manis
Hening dada berbisik pada relung dalam renung
Mengusik mengeja angka
Sudahkah pada saatnya aku harus membusurmu dengan yakinku?\

Terlalu jauh………….

Mampukah aku menerka

Sudah;
inilah Ba’, Sin, Mim, Lam, Ha’.
Denyut kumerinci dalam menjawab pertanyaanmu

Dan seharusnyaaku yang meminta, bukan kau yang menanya.
Tapi begitulah karunia, harapans ebagai ilham
Benar-benar dalam ruhku,
untukmu


(Nay Juireng Dyah Jatiningrat)
Seterusnya.. | komentar

Lelaki Air

Dideras cakap yang menantang
Aku bisa menyentuhmu dalam gemetar yang tak sanggup
Ku biarkan tubuhku jauh di kepuncak langit
Meski keberanian ragu
Dalam menyemaimu serupa cahaya bulan

Aku tahu dirimulah air
Bening
Dan aku membutuhkannya
Ia tidak, iat idak, ia tidak
Mungkin itu perkiraanmu yang belumusai
Dan tentangku kau belum tahu
Akulah uap, ikan, mendung, dan tanah sebagai unsur waktumu
Namun apa,
Untuk mencintai dan menyayangi
Mungkin sebuah larangan
Justru aku akan diam
Sebab kebenaran dalam rambu-rambu ini
Tak perlu diucap

Entah sebagai sajak atau kalimat-kalimat doa.


 (Nay Juireng Dyah Jatiningrat)
Seterusnya.. | komentar

Lelakiku

Bar…

Alif layyin tubuhmu lentur
Seolah-olah pantai malam dimalamku
Bisik-bisik nafasmu membinarkanku
Menarik-narik mataku disuhu-suhu waktu
Lagi-lagi desah ombak
Keruh otakku
Bising tubuhku
Hingga jagat adalah tubuhmu cahaya mataku
Kau selalu disini
Tidur dan mencari
Seperti luas taman bunga dengan lari-lari anginnya

Bar……….

Alif layyin tubuh airmu membilasku
Berilahs akal dahiku
Sambunglah huruf didadaku
Atau kau gigit bahuku
Dan lilittubuhku dengan hasratmu
Suaramu, bibirselembutbulan
Membuatku sah, sih, suh
Aku peluh dikeras siang
Aku darah dilembu tmalam
Oleh muaku cakar dengan jari-jari rindu
“kita hening, kita sebab, kita adalah isyarat angin, meluruh dada dan segala rasa”



(Nay Juireng Dyah Jatiningrat )
Seterusnya.. | komentar
++++++

Solilokui

Sekilas Penyair

Marlena
 
Fõrum Bias : Jalan Pesona Satelit Blok O No. 9 Sumenep, Jawa Timur; email: forumbias@gmail.com
Copyright © 2016. Perempuan Laut - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger