Tampilkan postingan dengan label Puisi Linda Autaharu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi Linda Autaharu. Tampilkan semua postingan

Laut

Minggu, 22 Januari 2017

langit semburat menggelayut dalam pengembaraan laut
hantarkan buih kepada pantai untuk memberi kekabar
bahwa tak boleh berhenti membaca kedalaman samudra

air mata itu telah lunas aku tenggak
rasanya asin hingga dadaku seperti lautan
aku mabuk sempoyongan
menikmati masakan jantungku sendiri
hingga ku terapung menanti pagi


23/1/2011




Linda Autaharu


Seterusnya.. | komentar (1)

A Friend From Cairo

Selasa, 17 Januari 2017

    : Rahma

Yakking like an old chum
To gaze into your glance
About the colors of land
Or just strolling of the sun

No matter That would  be  dark or bright
Truly need a gallant to make  a light
Or we’re gonna be lost in a creeping night

This is us
Think of life is created  from bizarre
A place to adore and have desire
To make lot of thing that we can share

1/11/2016



(Linda Autaharu)


Seterusnya.. | komentar

Terpejam

Sabtu, 31 Desember 2016

Bukan tidak dengan keyakinan
aku menatap dirimu
bukan takut menyertaiku
melewati pusaran angin
yang menghujam koyakkan
segala teral
Aku pasti bermuara ;

sambil berpejam aku berjalan,
agar air mata tak jatuh menggenang rasa
sambil berpejam aku berjalan,
agar tak nampak rona gelap
di wajahmu yang buram

jangan tanya lagi tentang rasa ini ;
sebab,
aku telah melekamnya
dalam sekat yang tak kuijinkan
menjadi pekat

7/1/2010


Linda Autaharu
Seterusnya.. | komentar

Tidurlah

Rabu, 28 Desember 2016

Tidurlah kau, wahai yang menyala
Rebahkan dirimu pada dinding - dinding yang berdenyut remang

Tidurlah kau dengan tenang,
Gelap tak kan membunuhmu tiba - tiba
hanya karna kau memadamkan dirimu
dengan diam - diam

Tidurlah yang lelap,
kelak ia akan mengajarimu
bahwa tidak semua yang menyala
adalah cahaya

3/1/2011

(Linda Autaharu)
Seterusnya.. | komentar

Entahlah

Rabu, 21 Desember 2016

seperti ada yang memantul - mantul meligat
menerbangkan lelatu yang melukat
atau sekedar asap berkelun
mengeriap bersama hening halimun
entahlah,
apa itu jelaga yang memaksa keluar
dari ceruk hati yang tenat


22/1/2011


(Linda Autaharu)


Seterusnya.. | komentar

Taman

Senin, 12 Desember 2016

Sketsa 1

Gemerincing riak mentari
Membias tawa bocah - bocah bermimpi
Tentang senyum pangeran dan permaisuri
Dalam lukisan kastil bewajah peri

Sketsa 2

Janji di simpangan rasa
Telah tercuri hati ataukah menghianati ?
Memakna - maknai sesuatu yang diindahkan
oleh rupa warna warni
Sepenggal senyum perihpun membingkai di senja kini

Sketsa 3

Derap senyap menyengat
Merangkul lelah untuk segenggam harap
Yang tak sempat pula kau taburkan
Dalam resah mimpi - mimpimu yang pengap

Kawan,
Bukan musafir yang merindu pulang
Namun ia telah terpilih dalam permainan malam
Yang tak mau memberi jalan pulang

Dalam lelap yang merayap, Taman selalu menjadi saksi yang tak pernah henyap

Kiranya,

30/12/2009

(Linda Autaharu)
Seterusnya.. | komentar

Bulan Berkeliaran

Sabtu, 03 Desember 2016

Aku menangkap bulan berkeliaran
kelebatnya membias ke penjuru
memaksaku menggantungnya diatap terasku
kupandangi ia dengan jelah

kuhitung setiap kelebatnya
seperti warna - warni darah yang berubah - ubah
menjadi  merah, hijau, nila, ungu
kadang pula biru
dan berakhir pada warna pucat menyala

lalu gelap menyatukannya
pada fajar


 5/1/2011

(Linda A)
Seterusnya.. | komentar

Lelaki Berwajah Kemarin

Jumat, 02 Desember 2016

Lelaki berwajah kamarin berdiri menepi
Memindai matahari membaca kerahasiaan cahaya

Kemarin adalah wajahmu,
yang kau poles dengan warna menyala

Kini kau cemas, memikirkan hari - hari adalah sama saja
dimana saat matahari memamerkan diri, cahaya lain tak akan nampak begitu terang

biarkan saja pagi dan malam memadu kisah, mengumpulkan jarum jam yang kelak dapat menusuk urat nadi siapa saja

Lelaki berwajah kemarin bergumam.
Semacam orang gila yang senang bercakap sendiri.

20/2/1012


(Linda Autaharu)
Seterusnya.. | komentar

Selamat Pagi

              : Anakku

Pagi yang menyelinap
tinggalkan jejak kabut senantan
sesangku embun di meja makan
menghapus senak dalam ingatan

anakku, teguklah ia
hingga mentari tak sempat merenggutnya
biarkan ia bernyamur pada setiap detak  yang kau jaga
hingga melinyar mengikuti rongga-rongga

sebab kau adalah anakku
lapar dahagamu adalah kecemasanku

sebab kau adalah anakku
kelak  akan sanggup  menyeretku
pada  langit  biru
atau kah pada lembah –lembah yang menderu

29/10/2016

(Linda Autaharu)
Seterusnya.. | komentar

Tangga dan Gajah

Harus menyiapkan rumah yang besar untuk seekor gajah. Tidak boleh banyak rumah, bila itu kecil maka tiada guna bagi si gajah. Cukup satu dengan desain yang tak rumit agar gajah mampu bernafas lega. Selega nafas seseorang yang ketika di masa kecil memanjat kekukuhan menara - menara yang ada.

Sungguh, mendaki itu adalah perbuatan yang menguras nafas. yang suatu ketika akan dihembuskannya perlahan - lahan agar tak roboh rumah - rumah yang telah menjadikannya tanda. Tanda yang beterbangan melesat kesana kemari. Tersangkut di matahari terbakar hangus atau berpeluh barsama awan. Hingga menjadikannya titik - titik air yang kemudian jatuh ke tanah. Tempat seseorang membenamkan kepalanya hingga tak ada lagi yang dirasa.

1/6/2010


(Linda Autaharu)
Seterusnya.. | komentar
++++++

Solilokui

Sekilas Penyair

Marlena
 
Fõrum Bias : Jalan Pesona Satelit Blok O No. 9 Sumenep, Jawa Timur; email: forumbias@gmail.com
Copyright © 2016. Perempuan Laut - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger