di beranda, melongoklah aku ke seberang jalan
sebuah kereta kuda dihentikan waktu, tetapi bukan
Pangeran yang datang, melainkan sedu-sedan hujan
pemukiman ini telah ditengok ribuan waktu
oleh peñata adat dan tatakrama
sengaja aku diam dari segala suara
lantaran gemuruh tak lagi kuasa memberontak masa
di ruang tamu, dialog kering diiringi musik dangdut yang merana
gelak tawa dan ramah tamah
seperti ijab qabul yang dipandu penghulu
aku tergugu memandang masa depan
langlangku yang tak terbilang
telah dipinang ke seribu kali
kali ini, tetap saja; diam tak berarti setuju
Karduluk, 2011
(Juwairiyah Mawardy)
sebuah kereta kuda dihentikan waktu, tetapi bukan
Pangeran yang datang, melainkan sedu-sedan hujan
pemukiman ini telah ditengok ribuan waktu
oleh peñata adat dan tatakrama
sengaja aku diam dari segala suara
lantaran gemuruh tak lagi kuasa memberontak masa
di ruang tamu, dialog kering diiringi musik dangdut yang merana
gelak tawa dan ramah tamah
seperti ijab qabul yang dipandu penghulu
aku tergugu memandang masa depan
langlangku yang tak terbilang
telah dipinang ke seribu kali
kali ini, tetap saja; diam tak berarti setuju
Karduluk, 2011
(Juwairiyah Mawardy)
0 komentar:
Posting Komentar