Home » » Nora NH, Penyair Perempuan dari Sampang

Nora NH, Penyair Perempuan dari Sampang


Mencari penyair perempuan di Madura ini memang tak sesulit mencari selembar jerami di tumpukan jutaan jarum. Namun faktanya, popularitasnya tak setenar para penyair pria yang bahkan sudah terlihat go internasional. Tapi satu hal yang perlu digaris-bawahi, tak terlihat bukan berarti tak ada.

Nora NH merupakan salah satu dari sekian penyair berdarah Madura yang tak terlihat ketenarannya. Ya, aktivitasnya sebagai mahasiswi sekaligus guru sukwan justru hampir menutupi kepiawaiannya mengolah kata-kata sebagai bahan tulisan.

Nora NH merupakan nama pena dari Nur Hasanah, gadis kelahiran Sampang 27 Desember 1993. Panggilan Nora memang lebih dikenal ketimbang nama aslinya. Meski begitu, agar tetap ada, ia pasang NH di belakang nama Nora. “Ya, saya tidak ingin menghilangkan nama yang telah diberikan keluarga saya. Bagi saya nama beken itu tetap tak bisa menggantikan nama asli,” alasan dara manis itu, pekan kedua Juni lalu.

Suka menulis dan penjadi penulis bukanlah suatu kebetulan. Nora mengakui jika menjadi penulis adalah cita-citanya, selain juga ingin menjadi seorang guru. Untuk itu, sejak duduk di bangku SMA, Nora sering mengikuti berbagai lomba tingkat kecamatan. Seperti lomba pidato, menulis puisi sekaligus membacakannya. “Alhamdulilah setiap mengikuti event itu selalu meraih juara,” akunya, bangga.

Bagi Nora, menulis adalah cara termudah mengurai gejolak jiwa yang tersirat. Menulis juga merupakan tempat menuangkan pikiran, wawasan, pengalaman, dan lain sebagainya. Menulis juga merupakan aset penting yang dapat selalu dikembangkan sepanjang masa.

Buah manis mulai dikecapnya.Ia terpilih sebagai Kontributor Favorit dalam menulis puisi di SABANA PUSTAKA, Surakarta, 1 Agustus 2016. Selain itu dia juga pernah masuk dalam kategori 50 Penulis Terbaik, saat mengikuti event menulis antologi puisi yang diadakan oleh Media Penulis of Indonesia¬, di Bogor, 10 Agustus 2016. Saat ini, ia ikut serta membangun komunitas pencinta sastra, Komunitas Tegghal, bersama teman-teman kampusnya di STKIP PGRI Sampang.

“Bukan fisik dan penampilan, tapi motto, kualitas dan karya yang membuat seseorang dianggap ada. Dan yang terpenting tetaplah menjadi diri sendiri. Sehebat apapun kita, akidah dan akhlak di atas segalanya,” pesannya.(kirom/farhan/matamadura)

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

++++++
 
Fõrum Bias : Jalan Pesona Satelit Blok O No. 9 Sumenep, Jawa Timur; email: forumbias@gmail.com
Copyright © 2016. Perempuan Laut - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger