Tuhan
jika boleh aku bertanya, kenapa kau rangkai lagi
serpihan kelopak melati menjadi bukitbukit dan pantaipantai
sampai tak kuasa aku menepi
Tuhan
mengapa kau bentangkan lagi gugusan galaksi
hingga aku tak sanggup bebaskan diri, dan
kenapa warnanya lebih hitam dari gelap malam hingga akhirnya,
aku harus kehilangan kebanggaan dan menyadari raibnya pegangan
kini sungaisungai itu berhias teratai yang tak lagi berjuntai
pada aroma bunganya
hdup serasa tanpa warna, tanpa rasa
aku mulai gamang
merinci jejak dosa serupa hutang yang mulai menilang lelap tidurku sepanjang malam
dan kulihat bangaubangau menukik mencari tempat pulang
Tuhan
kembali aku bertanya mengapa harus kau lapangkan perjumpaan
yang tak pernah hilang dari anyaman angan dan sulaman mimpimimpi malam
mengapa kau isi resah mimpiku dengan semangkuk teh poci yang harus diseduh berkali-kali
mengapa engkau nyanyikan lagulagu syahdu mendayu hingga tercetak rindu yang membatu
aku merasa kembali muram dan kusam
diamdiam tumbuh kecambah prasangka
haruskah mendua sekedar menepis dosa yang menggoda
entahlah
aku limbung mencari takdirku sendiri
sedangkan aku tak lebih debu di hadapan takdir-Mu,
karena aku bukan apaapa bukan siapasiapa
Tuhan
jika boleh aku meminta dalam doa yang kusimpan dalam ceruk mata
biarkan perjumpaan ini menjelma tali yang kau simpulkan di samping Arsy-Mu
yang agung menggaung, bersambung pelanpelan dan elegan
lantaran telah aku sulam ombakombak di atas perahu yang paling lapang
bersama hening aku ingin mengajaknya bercerita tentang anakanak domba
yang kupeluk dengan setia
Tuhan
terakhir aku meminta,
Aku ingin bersamanya sampai di penghujung semesta
Tik@ 122014
jika boleh aku bertanya, kenapa kau rangkai lagi
serpihan kelopak melati menjadi bukitbukit dan pantaipantai
sampai tak kuasa aku menepi
Tuhan
mengapa kau bentangkan lagi gugusan galaksi
hingga aku tak sanggup bebaskan diri, dan
kenapa warnanya lebih hitam dari gelap malam hingga akhirnya,
aku harus kehilangan kebanggaan dan menyadari raibnya pegangan
kini sungaisungai itu berhias teratai yang tak lagi berjuntai
pada aroma bunganya
hdup serasa tanpa warna, tanpa rasa
aku mulai gamang
merinci jejak dosa serupa hutang yang mulai menilang lelap tidurku sepanjang malam
dan kulihat bangaubangau menukik mencari tempat pulang
Tuhan
kembali aku bertanya mengapa harus kau lapangkan perjumpaan
yang tak pernah hilang dari anyaman angan dan sulaman mimpimimpi malam
mengapa kau isi resah mimpiku dengan semangkuk teh poci yang harus diseduh berkali-kali
mengapa engkau nyanyikan lagulagu syahdu mendayu hingga tercetak rindu yang membatu
aku merasa kembali muram dan kusam
diamdiam tumbuh kecambah prasangka
haruskah mendua sekedar menepis dosa yang menggoda
entahlah
aku limbung mencari takdirku sendiri
sedangkan aku tak lebih debu di hadapan takdir-Mu,
karena aku bukan apaapa bukan siapasiapa
Tuhan
jika boleh aku meminta dalam doa yang kusimpan dalam ceruk mata
biarkan perjumpaan ini menjelma tali yang kau simpulkan di samping Arsy-Mu
yang agung menggaung, bersambung pelanpelan dan elegan
lantaran telah aku sulam ombakombak di atas perahu yang paling lapang
bersama hening aku ingin mengajaknya bercerita tentang anakanak domba
yang kupeluk dengan setia
Tuhan
terakhir aku meminta,
Aku ingin bersamanya sampai di penghujung semesta
Tik@ 122014
0 komentar:
Posting Komentar