Karya Terbaik 10 Penyair, 500 Eksemplar Dibagikan ke Peserta
Heriviya Yuvi, Sumenep
Syaf Anton Wr |
***
PUKUL 08.00 tamu acara peluncuran Perempuan Laut mulai berdatangan. Sepuluh penyair perempuan yang karyanya buku juga sudah hadir di aula Kemenag Kabupaten Sumenep
Para penyair dimaksud yaitu Weni Suryandari, Maftuhah Jakfar, Juwairiyah Mawardy, Nok Ir, Linda Autaharu dan Tika Suhartatik. Juga ada Benazir Nafilah, Nurul Ilmi Elbana, Nay Juireng Duah jatiningrat, serta Salama Ilmie.
Mereka duduk kursi paling depan. Mereka tiba lebih awal sekitar satu jam dibanding tamu undangan. Sepuluh penyair perempuan berhijab itu tampak sumringah. Mereka menebar senyum kepada setiap tamu yang hadir.
Sesekali diantara mereka berdiri saat sejumlah peserta datang menyalami. Lalu berselfie ria, berjabat tangan lalu duduk di kursi masing-masing yang telah disediakan panitia.
“Sepuluh perempuan itu merupakan penyair asli Sumenep,” kata Syaf Anton Wr, penggerak Forum Bias sekaligus ketua panitia peluncuran Perempuan Laut. Dia menyampaikan, sepuluh perempuan merupakan penyair, pengarang novel, dan penulis esai hebat.
Representasi Madura yang Kuat dan Luas
Karya-karya
mereka sudah terbit disejumlah media massa. Weni Suryandari dan
Juwairiyah Mawardy misal, merupakan penulis novel yang tergolong senior
dibandingkan delapan penyair perempuan lainnya.
Maftuhah Jakfar yang tinggal di Depok aktif berkomunikasi dan bersilaturrahmi dengan para penyair Sumenep. Maklum saja, dia merupakan istri Jamal D Rahman yang tak lain pemimpin redaksi Jurnal Sajak.
“Namun sayang saat peluncuran Perempuan Laut, beliau, (Jamal D Rahman, Red) berhalangan hadir. Beliau menitipkan salam sembari menitik air mata memohon maaf,” kata Syaf.
Dalam buku yang diluncurkan kemarin, lelaki asal Kecamatan lenteng, Sumenep, tersebut telah membutkan hantaran buku dan bersiap hadir dalam acara pelunuran Perempuan Laut. “Tapi apa daya beliau berhalangan,” ucapnya.
Anton menyampaikan, penyair Perempuan Laut merupakan perempuan asli Sumenep, kecuali Nok Ir yang berasal dari Jawa Tengah, namun ber KTP Sumenep dan mengembangkan diri di Kota Sumekar. “Dia (Nok Ir sudah lama jadi orang Sumenep. Otomatis jadi penyair Sumenep,” kelakarnya.
Beberapa penyair lainnya masih muda. Seperti Nurul Ilmi yang saat ini menempuh studi di Jogyakarta. Nay Juireng Dyah J yang juga masih tinggal di Malang dan Salami Ilmie yang kini masih duduk dibangku kuliah salah satu perguruan tinggi di Jogyakarta.
“Mereka sangat peduli dan menyampaikan keinginan membut buku antologi puisi Perempuan Laut,” katanya.
Peluncuran buku Perempuan Laut membutuhkan proses yang cukup lama.
Namun berkat kegigihan para penyair , kemarin secara resmi 1000 buku berhasil dicetak dan disebarkan kepada masyarakat luas. Buku tersebut diberikan secara cuma-cuma kepada peserta yang hadir dalam acara peluncuran.
Sementara 500 eksemplar dalam proses pendistribusian yang akan disumbangkan kr sejumlah perpustakaan. Baik perpustakaan kabupaten maupun perpustakaan di bebargai desa di Kabupaten Sumenep.
Sebagai tertera dalam judul buku puisi tersebut, kata Anton, diharapkan menjadi representasi dari keinginan” debur ombak” atau wilayah pesisir Pulau Madura yang demikmian luas sehingga dipahami sebagai kekuatan dan keluluasaan.
Demikian pula, bahwa perempuan Madura memiliki etos dominan terutama dalam mensiasati kehidupan. “Perempuan Laut representasi Pulau Madura yang penuh kekuatan dan keleluasaan,” ungkapnya.
Acara buku berdekatan dengan momentum Hari Ibu. Secara bergiliran sepuluh penyair perempuan membacakan puisi di hadapan para tamu. Bahkan diantaranya disampaikan dengan musikalisasi aransemen puisi D Zawawi Imron berjudul Ibu, yang dibawakan Linda Autaharu, Juawairiyah Mawardi dan Icha.
Puncak peluncuran buku dipimpin langsung Kepala Disbudparpora Sumenep, Spfiyanto. Acara berlangsung sukses berkat kerjsama Forum Bias, Jawa Pos Radar Madura, BPRS Bhakti Sumekar, Kampoeng jerami dan Rumah Literasi Sumenep. (*/hud)
disalin dari edisi cetak Jawa Pos Radar Madura, Minggu, 25 Desember 2016
Maftuhah Jakfar yang tinggal di Depok aktif berkomunikasi dan bersilaturrahmi dengan para penyair Sumenep. Maklum saja, dia merupakan istri Jamal D Rahman yang tak lain pemimpin redaksi Jurnal Sajak.
“Namun sayang saat peluncuran Perempuan Laut, beliau, (Jamal D Rahman, Red) berhalangan hadir. Beliau menitipkan salam sembari menitik air mata memohon maaf,” kata Syaf.
Dalam buku yang diluncurkan kemarin, lelaki asal Kecamatan lenteng, Sumenep, tersebut telah membutkan hantaran buku dan bersiap hadir dalam acara pelunuran Perempuan Laut. “Tapi apa daya beliau berhalangan,” ucapnya.
Anton menyampaikan, penyair Perempuan Laut merupakan perempuan asli Sumenep, kecuali Nok Ir yang berasal dari Jawa Tengah, namun ber KTP Sumenep dan mengembangkan diri di Kota Sumekar. “Dia (Nok Ir sudah lama jadi orang Sumenep. Otomatis jadi penyair Sumenep,” kelakarnya.
Beberapa penyair lainnya masih muda. Seperti Nurul Ilmi yang saat ini menempuh studi di Jogyakarta. Nay Juireng Dyah J yang juga masih tinggal di Malang dan Salami Ilmie yang kini masih duduk dibangku kuliah salah satu perguruan tinggi di Jogyakarta.
“Mereka sangat peduli dan menyampaikan keinginan membut buku antologi puisi Perempuan Laut,” katanya.
Peluncuran buku Perempuan Laut membutuhkan proses yang cukup lama.
Namun berkat kegigihan para penyair , kemarin secara resmi 1000 buku berhasil dicetak dan disebarkan kepada masyarakat luas. Buku tersebut diberikan secara cuma-cuma kepada peserta yang hadir dalam acara peluncuran.
Sementara 500 eksemplar dalam proses pendistribusian yang akan disumbangkan kr sejumlah perpustakaan. Baik perpustakaan kabupaten maupun perpustakaan di bebargai desa di Kabupaten Sumenep.
Sebagai tertera dalam judul buku puisi tersebut, kata Anton, diharapkan menjadi representasi dari keinginan” debur ombak” atau wilayah pesisir Pulau Madura yang demikmian luas sehingga dipahami sebagai kekuatan dan keluluasaan.
Demikian pula, bahwa perempuan Madura memiliki etos dominan terutama dalam mensiasati kehidupan. “Perempuan Laut representasi Pulau Madura yang penuh kekuatan dan keleluasaan,” ungkapnya.
Acara buku berdekatan dengan momentum Hari Ibu. Secara bergiliran sepuluh penyair perempuan membacakan puisi di hadapan para tamu. Bahkan diantaranya disampaikan dengan musikalisasi aransemen puisi D Zawawi Imron berjudul Ibu, yang dibawakan Linda Autaharu, Juawairiyah Mawardi dan Icha.
Puncak peluncuran buku dipimpin langsung Kepala Disbudparpora Sumenep, Spfiyanto. Acara berlangsung sukses berkat kerjsama Forum Bias, Jawa Pos Radar Madura, BPRS Bhakti Sumekar, Kampoeng jerami dan Rumah Literasi Sumenep. (*/hud)
disalin dari edisi cetak Jawa Pos Radar Madura, Minggu, 25 Desember 2016
0 komentar:
Posting Komentar