Tampilkan postingan dengan label Puisi Benazir Nafilah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi Benazir Nafilah. Tampilkan semua postingan

Tuhan...

Minggu, 22 Januari 2017

Aku juga pernah duduk bersimpuh dalam sajadahmu
Menghitung dosa yang tak pernah selesai
Dosa besar dan halus yang berhembus
Mengukus diri dalam gelisah panjang

Tuhan...
Gugur jemari dalam astaghfirullah
Tak akan mensucikan diri dalam lemak dosa
Menghapus angkara yang rebah dikepala
Mengubur kecewa diantara dada

Tuhan...
Ampuni aku sebelum dadaku dikoyak jeritan

Sumenep, 12 Oktober 2016


Benazir Nafilah

Seterusnya.. | komentar

Telur Dadar

Selasa, 17 Januari 2017

Hampir tiap hari kau memakan telur
Telur yang menyatu dalam kocokan penuh cinta
Kau berucap telur ini seperti kita "kau kuningnya dan aku putihnya" sambil nyengir
Entah yang kau maksud adalah kita menyampur berbaur sampai tak ada batas bahwa aku kuning dan kau putih
Semuanya menyatu

Dan ketika telur sudah habis, kau berkata tadi sedikit asin sayang

Sumenep, 12 April 2016




(Benazir Nafilah)


Seterusnya.. | komentar

Bertemu Puisi

Minggu, 01 Januari 2017

Dijalan ini aku berdiri
Membaca dan membuat puisi
Lalu tak ada yang bisa kutulis lagi
Aku menemukanmu
Aku menemukan puisi
Kau seperti hujan
Membasahi jantung ini
Bukankah ini seperti catatan kuliah
Dan setiap kali bergegas
Kau menjadi tugas untuk membuat puisi
Aku baru saja melihat toko
Kubeli kain kafan untuk membalut kenangan
Tak ada luka disana
Hanya memar yang terasa
Ada nyeri dan sebongkah nisan yang berwarna putih
Tetapi mungkin perlu kusiapkan peti mati agar tak bingung ketika sewaktu waktu kematian datang dan tak kembali
Apa yang harus didiskusikan
Bahwa setiap pertemuan pasti ada perpisahan
Sesudah air garam mengasini lautku yang sepi
Segala yang tumpah adalah badai di dada yang gemuruhnya jadi aksara
Bagimu kata kata ku hanya seperti mayat
Ada tapi tak hidup
Tapi aku akan terus bertemu puisi
Meski kau ingin atau sudah mati
Karena yang menangis bersama hujan adalah puisi
Yang berdetak bersama jantung adalah puisi
Yang membawa kaki padamu adalah puisi
Aku menyukai puisi puisiku; kamu!

Sumenep, 11 Maret 2016

Benasir Nafilah
Seterusnya.. | komentar

Perempuan Desa

Rabu, 28 Desember 2016

Aku perempuan desa
Menyusu pada sawah
Saat matahari bertamu
Tubuh tak izinkan rebah
Meski lelah itu ada
Dibawah pohon asam
Kunikmati kecut manis hidup ini
Berharap anak cucuku akan memanen permata
Aku hanya perempuan desa
Menyusu pada sawah
Saat matahari pulang
Kuhapus keringat dan cucur air mata
Dalam sajadah semua tumpah
Malam yang menerima bayang
Dalam suara dzikir yang samar
Anak anak mengaji mesra
Bercengkrama dengan pencipta
Aku hanya perempuan desa biasa
Segalanya menjadi sederhana
Kecuali cinta kita

Sumenep, 8 Maret 2016



(Benazir Nafilah)


Seterusnya.. | komentar

Perempuan Desa

Rabu, 21 Desember 2016

Aku perempuan desa
Menyusu pada sawah
Saat matahari bertamu
Tubuh tak izinkan rebah
Meski lelah itu ada

Dibawah pohon asam
Kunikmati kecut manis hidup ini
Berharap anak cucuku akan memanen permata

Aku hanya perempuan desa
Menyusu pada sawah
Saat matahari pulang
Kuhapus keringat dan cucur air mata
Dalam sajadah semua tumpah

Malam yang menerima bayang
Dalam suara dzikir yang samar
Anak anak mengaji mesra
Bercengkrama dengan pencipta

Aku hanya perempuan desa biasa
Segalanya menjadi sederhana
Kecuali cinta kita

Sumenep, 8 Maret 2016

(Benazir Nafilah)
Seterusnya.. | komentar
++++++

Solilokui

Sekilas Penyair

Marlena
 
Fõrum Bias : Jalan Pesona Satelit Blok O No. 9 Sumenep, Jawa Timur; email: forumbias@gmail.com
Copyright © 2016. Perempuan Laut - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger